Pages

bumble

Monday 3 June 2013

Makalah Arab Sebelum Islam



BAB I
PENDAHULUAN

A.           Latar Belakang
Mengenai sejarah dan kebudayaan Islam menurut para ahli-ahli sejarah barat maupun timur diawali dengan uraian tentang sejarah bangsa arab pra-Islam. Hal ini memang terasa sangat relevan, mengingat negeri dan bangsa arab adalah yang pertama kali mengenal dan menerima Islam. Hal tersebut merupakan suatu fakta bahwa agama Islam di turunkan di Jazirah Arab, karena itu sudah barang tentu bangsa arablah yang pertama kali mendengar, menghayati dan mengenal Islam.
Oleh sebab itu terasa penting untuk mengetahui keadaan masyarakat arab pra-Islam bagi penelaahan sejarah kebudayaan Islam dalam hal ini adalah sejarah kelahiran Islam dan kondisi masyarakat arab pra-Islam, yang lazim disebut “zaman jahiliyyah”.
Sejarah perkembangan masyarakat bangsa arab dalam kenyataannya tidak dapat dilepaskan dari sejarah perkembangan Islam. Bangsa arab adalah suatu bangsa yang diasuh dan dibesarkan oleh Islam dan sebaliknya islam didukung dan dikembangluaskan oleh bangsa arab.
Konteks kenyataan inilah yang menarik untuk mengetahui keadaan bangsa arab pra-Islam itu yang berkaitan dengan aspek-aspek perjalanan sejarah mereka, seperti keadaan geografis jazirah arab itu, asal-usul, cara hidup penduduk, jenis-jenis bangsa arab, agama dan kepercayaan, adat-istiadat, dan sesebagainya.
B.          Rumusan Masalah
1.      Bagaimana tentang asal usul bangsa arab pra-islam ?
2.      Bagaimana kondisi bangsa arab pra-islam ?

C.           Tujuan Penulisan
1.      Mengetahui asal usul bangsa arab pra-islam.
2.      Mengetahui kondisi bangsa arab pra-islam.




BAB II
PEMBAHASAN


A.           Asal Usul Bangsa Arab Pra Islam
Bangsa  Arab adalah ras Semit yang tinggal di  sekitar jazirah  Arabia. Bangsa arab  purbakala  adalah  masyarakat terpencil sehingga sulit dilacak riwayatnya. Sedangkan bangsa arab termasuk dalam keturunan ras bangsa Caucasoid.’ [1]
Bangsa arab terbagi atas dua kelombok besar, yaitu:
1)             Arab Baidah 
Arab Baidah ialah bangsa Arab yang sudah tidak ada lagi, di antaranya telah tercatat dalam kita agama samawi dan syair-syair arab seperti kaum Tsamud, Ad, Jadis, dan Thasm. Rata-rata kehidupan peradaban mereka maju dalam bidang pertanian, peternakan, dan kerajinan. Hal tersebut karena letaknya yang strategis diantar jalur perniagaan internasional saat itu, maka banyak penduduknya menjadi saudagar ulung. ‘ [2]
2)             Arab  Baqiah  
Keturunan Baqiah masih ada sampai sekarang, mereka terbagi dalam dua kelompok diantarnya adalah Arab Aribah yaitu kelompok yang bernenek moyang bangsa Qathan  di  Yaman.
Kedua Arab Musta'ribah yang Kebanyakan dari penduduk Arabia yang mendiami bagian tengah Jazirah Arabia dari Hijaz sampai ke Syam. Kelompok arab Musta'arabah inilah yang mendiami Mekkah tinggal   bersama Nabi  Ibrahim   hingga    terjadi percampuran (Perkawinan) yang kemudian melahirkan suku arab  termasuk suku Quraisy, yang tumbuh  dari induk suku Adnan.
Bangsa Arab menyebut tanah air mereka dengan Jazirah Arab, [3] sedangkan batas-batas semenanjung atau jazirah Arab adalah sebagai berikut:
·                sebelah selatan: lautan Hindia
·                sebelah timur   : teluk Arab (dahulu teluk Persia)
·                sebelah utara   : gurun Iraq dan gurun Syam (sekarang Syiria)
·                sebelah barat   : Laut Merah
Panjangnya 1000 km dan lebarnya ±1000 km. Jazirah Arab hampir 5/6 daerahnya terdiri dari padang pasir, maka sungai sangat jarang terdapat di jazirah arab dan hanya ada perigi atau oase di tengah-tengah padang pasir.
Jazirah Arab terbagi atas 2 bagian yakni, bagian tepi dan bagian tengah. Bagian tengah terdiri dari pegunungan yang curah hujannya sangat sedikit, penduduknya pun secara otomatis sedikit, yaitu kaum pengembara.
Bagian tengah terbagi menjadi 2 bagian, yaitu:
·         Bagian utara, disebut “Najed
·         Bagian Selatan disebut “Al Ahqaf
Sedangkan di bagian tepi, serupa dengan sebuah pita kecil yang melingkari jazirah arab, hanya di pertemuan antara laut merah dengan lautan hindia pita itu agak lebar. Pada jazirah Arab ini boleh dikatakan hujan turun cukup teratur, oleh karena itu penduduknya tiada yag mengembara melainkan menetap di tempatnya.
Jazirah arab terbagi kepada lima daerah, yaitu:
1.        Hijaz, kotanya adalah Makkah, Madinah dan Thaif
2.        Yaman, terletak di bagian selatan; diantaranya adalah San’a yang merupakan ibukota Yaman zaman dahulu
3.        Najed, terletak di bagian tengah jazirah Arab
4.        Tihamah, terletak antara Hijaz dan Yaman
5.        Yamamah, terletak antara Yaman dan Najed
Jenis-jenis bangsa Arab dipandang dari segi cara hidupnya dibedakan menjadi dua macam, yaitu penduduk gurun “Badui” dan penduduk negeri “Ahlul Hadlar”. Penduduk Badui (baidah), yaitu orang-orang arab yang telah lenyap jejaknya, dan tidak diketahui lagi keberadaannyakecuali karena tersebut di dalam kitab suci, seperti kaum ‘Ad dan Tsmaud.
Cara hidup mereka adalah suka berpundah-pindah, mengembara untuk mencari tanah yang dapat ditanami, mata air dan padang rumput untuk menggembala binatang ternak.  Sejarah bangsa Arab penduduk gurun pasir hampir tidak dikenal orang. Yang dapat kita ketahui dari sejarah mereka hanyalah yang dimulai dari kira-kira lima puluh tahun sebelum Islam.
Sedangkan penduduk negeri adalah penduduk yang cara hidupnya menetap, tidak berpindah-pindah dan tidak mengembara. Mereka mendiami Jazirah Arab bagian tepi seperti Hijaz, Hirah, Yaman, dll. Penduduk negeri memiliki mata pencaharian berdagang dan bercocok tanam. Kehidupan penduduk negeri lebih teratur bila dibandingkan dengan kehidupan orang gurun. Dan mereka juga sudah mampu membangun dan mengembangkan kebudayaan, juga mereka telah mampu mendirikan kerajaan.
a)        Masyarakat Arab Jahiliyyah
Masyarakat Arab, sebelum kelahiran dan kerasulan Nabi Muhammad SAW, dikenal dengan sebutan jahiliyah. Jika merujuk pada arti kata jahiliyah (yang berasal dari bahasa Arab dari kata jahala yang berarti bodoh), maka secara harfiyah bisa disimpulkan bahwa masyarakat jahiliyah adalah masyarakat yang bodoh. Jahiliyyah biasanya dikaitkan dengan masa sebelum Rasulullah S.A.W lahir. Sesungguhnya kata Jahiliyyah sendiri adalah mashdar shina’iy yang berarti penyandaran sesuatu kepada kebodohan.
Kebodohan menurut MannaKhalil al-Qathtan ada tiga 3 makna, yaitu:
·         Tidak adanya ilmu pengetahuan (makna asal).
·         Meyakini sesuatu secara salah.
·         Mengerjakan sesuatu dengan menyalahi aturan atau tidak mengerjakan yang seharusnya dia kerjakan.
Yang dimaksud masyarakat jahiliyah sebelum datangnya Islam adalah keseluruhan masyarakat (tidak hanya Arab), yang menjauhi nilai-nilai fitrah, yang sudah dibawa oleh para Rasul pembawa risalah tauhid. Sebutan jahiliyah ini perlu mendapat penjelasan lebih lanjut, sebab dari situlah akan terbangun pola kontruksi terhadap masyarakat Arab masa itu, yang di dalamnya adalah juga nenek moyang Nabi Muhammad SAW dan sekaligus cikal bakal masyarakat Islam.
Jika masyarakat jahiliyah kita artikan sebagai masyarakat bodoh dalam pengertian primitif yang tak mengenal pengetahuan atau budaya; tentu sulit dipertanggungjawabkan, karena berdasarkan data sejarah, masyarakat arab waktu itu juga telah memiliki nilai-nilai peradaban sesederhana pun peradaban itu.
Seorang pujangga Arab Syiria, Jarji Zaidan, membagi masa jahiliyah kepada dua masa yakni:
1.      Arab Jahiliyyah pertama (Al Arabul Jahilliyatul Ula) yaitu zaman sebelum sejarah sampai abad lima masehi.
2.      Arab Jahiliyah kedua (Al Arabul Jahiliyatus Tsaniyah) yaitu dari abad kelima masehi sampai lahir Islam.
Kalau kita perhatikan kembali, orang-orang Arab dalam kedua zaman tersebut tidak semuanya bodoh. Seorang ahli sejarah Islam terkenal Ahmad Amin mendefinisikan kata-kata “Arab Jahiliyah” yaitu orang-orang Arab sebelum Islam yang membangkang kepada kebenaran, mereka terus melawan kebenaran, sekalipun mereka telah mengetahui bahwa itu benar.
Para wanita dan laki-laki bebas bergaul, malah untuk berhubungan lebih dalam pun tidak ada batasan. Dan yang lebih mengerikan lagi adalah, seorang wanita bisa bercampur dengan lima atau bahkan lebih laki-laki sekaligus. Pada masa itu perzinaan dianggap suatu hal yang biasa, tidak dianggap aib yang mengotori keturunan.
Banyak hubungan antara wanita dan laki-laki ayng diluar wajar, seperti:
1.      Pernikahan secara spontan, seorang laki-laki mengajukan lamaran kepada laki-laki lain yang menjadi wali wanita itu, lalu dia dapat menikahi wanita itu seketika itu pula setelah menyerahkan mas kawin.
2.      Para laki-laki bisa mendatangi wanita wanita sesuka hatinya, yang disebut wanita pelacur.
3.      Pernikahan istibdha’, seorang laki-laki menyuruh istrinya bercampur kepada laki-laki lain.
4.      Laki-laki dan wanita bisa saling berhimpun dalam berbagai medan pertempuran. Untuk pihak yang menang, bisa menawan wanita dari pihak yang kalah dan menghalalkannya menurut kemauannya.
b)        Keberagamaan masyarakat Arab pra-Islam
Kondisi masyarakat Arab pra-Islam secara garis besar, kondisi masyarakat Arab pra-Islam bisa dikatakan lemah dan buta, dalam artian kebodohan mewarnai segala aspek kehidupan, khurafat tidak bisa dilepaskan, manusia hidup layaknya binatang. Menurut para ahli ilmu bangsa, bangsa Arab termasuk golongan bangsa sumit yakni dari keturunan “Sam bin Nuh”.
Bangsa Arab adalah salah satu dari bangsa-bangsa Samiah (atau keturunan Sam Ibnu Nuh as). Awalnya bangsa Samiah bertanah air di Mesopotamia, yaitu negeri yang teletak antar sungai Dajlah (Tigris) dan Furat (Euphrates). Setelah negeri ini sempit mereka pindah ke Jaziratu’l Arab.
Kepercayaan bangsa Arab sebelum datangnya  Islam, mayoritas mengikuti dakwah Isma’il ‘Alaihis Salam, yaitu menyeru kepada agama bapaknya Ibrahim AS yang intinya menyeru menyembah Allah, meng-Esakan-Nya dan memeluk agama-Nya. Waktu terus bergulir sekian lama, hingga banyak diantara mereka yang melalaikan agama.
Sekalipun begitu masih ada sisa-sisa tauhid dan beberapa syiar dari agama Ibrahim, hingga munculnya Amr bin Luhay (pemimpin Bani Khuza’ah).
Agama-agama yang ada pada saat itu antara lain :
1.             Yahudi
Agama ini dianut orang-orang Yahudi yang berimigrasi ke Jazirah Arab. Daerah Madinah, Khaibar, Fadk, Wadi Al Qura dan Taima’ menjadi pusat penyebaran pemeluknya. Yaman juga dimasuki ajaran ini, bahkan Raja Dzu Nuwas Al Himyari juga memeluknya.
2.             Nashara (Kristen).
Agama ini masuk ke kabilah-kabilah Ghasasinah dan Al Munadzirah. Ada beberapa gereja besar yang terkenal. Misalnya, gereja Hindun Al Aqdam, Al Laj dan Haaroh Maryam. Demikian juga masuk di selatan Jazirah Arabdan berdiri gereja di Dzufaar. Lainnya, ada yang di ‘And dan Najran. 
3.              Majusiyah
Sebagian sekte Majusi masuk ke Jazirah Arab di Bani Tamim. Di antaranya, Zaraarah dan Haajib bin Zaraarah. Demikian juga Al Aqra’ bin Haabis dan Abu Sud (kakek Waki’ bin Hisan) termasuk yang menganut ajaran Majusi ini. Majusiyah juga masuk ke daerah Hajar di Bahrain.
4.             Syirik (Paganisme)
Kepercayaan dengan menyembah patung berhala, bintang-bintang dan matahari yang oleh mereka dijadikan sebagai sesembahan selain Allah. Penyembahan bintang-bintang juga muncul di Jazirah Arab, khususnya di Haraan, Bahrain dan di Makkah, mayoritas Bani Lakhm, Khuza’ah dan Quraisy. Sedangkan penyembahan matahari ada di negeri Yarnan.[4]
5.             Al Hunafa’
Meskipun pada waktu hegemoni paganisme di masyarakat Arab sedemikian kuat, tetapi masih ada beberapa orang yang dikenal sebagai Al Hanafiyun atau Al Hunafa’. Mereka tetap berada dalam agama yang hanif, menyembah Allah dan tidak menyekutukan-Nya serta menunggu datangnya kenabian.
Di antara beberapa agama/kepercayaan tersebut yang paling terkenal adalah penyembahan terhadap berhala yang jumlahnya mencapai lebih dari 360 buah, sehingga menyesaki lingkungan Ka’bah.[5] Dan setiap qabilah di Arab memiliki berhala sebagai sesembahan mereka sendiri-sendiri. Di antara berhala yang paling populer di kalangan mereka ialah :
1)             Wadd
Adalah nama patung milik kaum nabi Nuh yang berasal dari nama seorang shalih dari mereka. Ditemukan kembali oleh Amru bin Luhai di Jeddah dan diberikan kepada Auf bin ‘Adzrah dan ditempatkan di Wadi Al Quraa di Dumatul Jandal dan disembah oleh bani kalb bin Murrah. Patung ini ada sampai datangnya Islam kemudian dihancurkan Khalid bin Walid dengan perintah Rasulullah.




2)             Suwaa’
Adalah salah satu patung kaum nabi Nuh yang ditemukan kembali dan diberikan kepada Mudhor bin Nizaar dan diserahkan kepada bani Hudzail serta ditempatkan di Rohaath sekitar 3 mil dari Makkah.[6]
3)             Yaghuts
Adalah salah satu patung kaum nabi Nuh yang ditemukan kembali dan diberikan kepada Na’im bin Umar Al Muradi dari Majhaj dan ditempatkan di Akmah atau Jarsy di Yaman, disembah oleh bani Majhaj dan bani An’am dari kabilah Thaiyi’.
4)             Ya’uq
Adalah salah satu patung kaum nabi Nuh yang ditemukan kembali dan diberikan kepada kabilah Hamadan dan ditempatkan di Khaiwaan, disembah oleh orang-orang Hamadan.
5)             Nasr
Adalah salah satu patung kaum nabi Nuh yang ditemukan kembali dan diberikan kepada kabilah Himyar dan ditempatkan di Saba’ disembah oleh bani Dzi Al Kilaa’ dari kabilah Himyar dan sekitarnya.
6)             Manaah
Adalah salah satu patung berhala yang ditempatkan di pantai laut dari arah Al Musyallal di Qadid antara Makkah dan Madinah. Patung ini sangat diagungkan oleh suku AlAus dan Al Khazraj. Rasulullah mengutus Ali bin Abi Thalib untuk menghancurkannya pada penaklukan kota Makkah.
7)             Laata
Laata adalah kuburan orang shalih yang ada di Thaif yang dibangun dengan batu persegi empat. Bangsa Arab seluruhnya sangat mengagungkannya dan sekarang tempatnya adalah di menara masjid Thaif. Ada yang mengatakan bahwa Laata adalah nama seorang yang membuat masakan Sawiiq untuk jamaah haji, lalu ia meninggal kemudian kuburannya di sembah. Ketika bani Tsaqif masuk Islam maka Rasulullah mengutus Al Mughiroh bin Syu’bah untuk menghancurkannya dan kuburan ini dibakar habis.

8)             Al ‘Uzza
Al ‘Uzza adalah satu pohon yang disembah. la lebih baru dari Al Laata, ditempatkan di Wadi Nakhlah di atas Dzatu ‘Irqin. Mereka dulu mendengar suara keluar dari Al Uzza. Berhala ini sangat diagungkan Quraisy dan Kinanah. Ketika Rasulullah Saw menaklukan Makkah, beliau mengutus Khalid bin Al Walid untuk menghancurkannya. Ternyata ada tiga pohon dan ketika dirobohkan yang ketiga, tiba-tiba muncul wanita hitam berambut kusut dalam keadaan rneletakkan kedua tangannya di bahunya menampakkan taringnya. Di belakangnya, ada juru kuncinya. Kemudian Khalid penggal lehernya dan pecah, ternyata ia adalah seekor merpati, lalu Khalid bin Al Walid membunuh juru kuncinya.
9)             Hubal
Merupakan patung yang paling besar di Ka’bah. Diletakkan di tengah Ka’bah. patung ini terbuat dari batu ‘aqiq merah dalam rupa manusia. Dibawa ‘Amru bin Luhai dari Syam.
Isaaf dan Naailah (Dua patung berhala yang ada di dekat sumur Zamzam. Dua patung ini berasal dari sepasang orang Jurhum yang masuk ke Ka’bah dan berbuat fujur, lalu dikutuk menjadi dua batu, seiring perjalanan waktu, keduanya disembah.
10)         Dzul Khalashah
Ini adalah berhala milik kabilah Khats’am, Bajilah dan Daus yang berada di Tubaalah, daerah antara Makkah dan Yaman. Begitulah gambaran keadaan agama di Jazirah Arabiyah sebelum datangnya Islam. Mereka masih mengimani rububiyah Allah dan menganggap Allah sebagai sesembahannya juga dan sebagai Dzat Pencipta. Sumber kepercayaan tersebut adalah risalah samawiyah yang yang dikembangkan dan disebarkan di jazirah Arab terutama risalah nabi Ibrahim dan Ismail.[7]
Berikut beberapa contoh tradisi penyembahan berhala yang mereka lakukan., seperti:
·         Mereka mengelilingi berhala dan mendatanginya, komat-kamit dihadapannya, meminta pertolongan tatkala kesulitan, dll.
·         Menunaikan Haji dan Thawaf di sekeliling berhala.
·         Mengorbankan hewan sembelihan demi berhala dan menyebut namanya.
·         Orang Arab juga percaya dengan pngundian nasib dengan anak panah di depan Hubal, mereka juga percaya pada peramal, orang pintar dan ahli Nujum.
Sejarah Arab erat kaitannya dengan Ka’bah.’[8] Sejarah Ka’bah di Makkah dimulai dengan kedatangan Ibrahim beserta istri dan anaknya Ismail yang masih bayi. Ismail yang memiliki Mu’jizat dan kemuliaan telah mendapat penghormatan besar, dan segenap orang dipenjuru Jazirah Arab berdatangan.
Oleh karena itu Ibrahim bersama putranya Ismai membangun Ka’bah. Pembangunan ini dilakukan agar Ka’bah bisa dijadikan tempat mngerjakan Syi’ar Agama Ibrahim. Maka setelah itu diserulah umat manusia oleh Ibrahim untuk mengerjakan haji. Semenjak itu berdatanganlah manusia dari segenap penjuru dari berbagai macam negeri ke Makkah untuk mengerjakan ibadah Haji.
Menurut Mukhtar Yahya sejarah kedatangan Khuza’ah ke Makkah secara besar-besaran adalah ketika orang-orang arab Yaman yang berasal dari kota Ma’arib hendak merantau di wilayah lain. Di tengah perjalanan sampailah mereka di pinggiran kota Makkah. Orang Khuza’ah mengadakan negoisasi kepada penguasa Jurhum untuk tinggal beberapa hari di wilayah Makkah guna istirahat sebelum melanjutkan perjalanan.
Peradaban timur tengah dipengaruhi oleh bangsa yunani dan romawi. Pendapat ini diperkuat oleh Ahmad Amin yang dikutip oleh Badri Yatim, dia memaparkan bahwa apa yang berkembang menjelang kebangkitan Islam merupakan pengaruh dari budaya-budaya bangsa disekitarnya yang jauh lebih maju dari pada kebudayaan dan peradaban Arab.

B.            Kondisi Bangsa Arab Pra-Islam
Kondisi Arab Pra-Islam dilihat dalam beberapa aspek diantaranya:  Sosial Budaya, Agama, Ekonomi, dan Politik.

1)                           Aspek Sosial-Budaya Arab Pra-Islam
Dalam hidup bermasyarakat, bangsa Arab sangat  dilungkupi kehidupan keduniawian. Mereka sangat menggemari hal-hal berikut ini:
a)        Syair; dengan syair, orang bisa dipuji/mulia dan dihi­na.  Dari  syair ini akan  tergambar  kehidupan  sosial bangsa Arab.
b)        Minum  khamar, kendati di antara mereka ada pula  yang mengharamkan hal ini.
c)        Ada  pula  adat  (tradisi)  pada  saat  itu  kebiasaan mengawini isteri bapa yang telah meninggal dunia.
d)       Menganggap hina kaum perempuan.
e)        Menguburkan  anak  perempuan, namun  hal  ini  menurut Sallabi, ini hanya dilakukan oleh Bani Asad dan Tamim;
f)         Sementara mereka yang pandai membaca saat itu hanyalah sebanyak  17 orang.
g)        Perbudakan suatu hal yang biasa terjadi pada masa Arab pra-Islam. Mereka ini memelihara  dan  mempertahankan perbudakan.
Sebagian besar daerah Arab adalah daerah gersang dan tandus, kecuali daerah Yaman yang terkenal subur. Wajar saja bila dunia tidak tertarik, negara yang akan bersahabat pun tidak merasa akan mendapat keuntungan dan pihak penjajah juga tidak punya kepentingan. Sebagai imbasnya, mereka yang hidup di daerah itu menjalani hidup dengan cara pindah dari suatu tempat ke tempat lain.
Yang mereka kenal hanyalah hidup mengembara selalu, berpindah-pindah mencari padang rumput dan menuruti keinginan hatinya.
2)                           Agama Arab Pra-Islam
Paganisme, Yahudi, dan Kristen adalah agama orang Arab pra-Islam. Pagan adalah agama mayoritas mereka. Ratusan berhala dengan bermacam-macam bentuk ada di sekitar Ka’bah. Mereka bahwa berhala-berhala itu dapat mendekatkan mereka pada Tuhan sebagaimana yang tertera dalam al-Quran. Agama pagan sudah ada sejak masa sebelum Ibrahim. Setidaknya ada empat sebutan bagi berhala-hala itu: anam, wathan, nuub, dan ubal.
Yahudi dianut oleh para imigran yang bermukim di Yathrib dan Yaman. Tidak banyak data sejarah tentang pemeluk dan kejadian penting agama ini di Jazirah Arab, kecuali di Yaman. Dzū Nuwās adalah seorang penguasa Yaman yang condong ke Yahudi. Dia tidak menyukai penyembahan berhala yang telah menimpa bangsanya.
Adapun Kristen di Jazirah Arab dan sekitarnya sebelum kedatangan Islam tidak ternodai oleh tragedi yang mengerikan semacam itu. Yang ada adalah pertikaian di antara sekte-sekte Kristen yang meruncing. Menurut Muammad ‘bid al-Jābirī, al-Quran menggunakan istilah “Naārā” bukan “al-Masīīyah” dan “al-Masīī” bagi pemeluk agama Kristen. Bagi pendeta Kristen resmi (Katolik, Ortodoks, dan Evangelis) istilah “Naārā” adalah sekte sesat, tetapi bagi ulama Islam mereka adalah “awārīyūn”.
3)             Ekonomi Arab Pra-Islam
Sebagaimana telah disinggung di atas bahwa sebagian besar daerah Arab adalah daerah gersang dan tandus, kecuali daerah Yaman yang terkenal subur dan bahwa ia terletak di daerah strategis sebagai lalu lintas perdagangan.’[9] Ia terletak di tengah-tengah dunia dan jalur-jalur perdagangan dunia, terutama jalur-jalur yang menghubungkan Timur Jauh dan India dengan Timur Tengah melalui jalur darat yaitu dengan jalur melalui Asia Tengah ke Iran, Irak lalu ke laut tengah, sedangkan melalui jalur laut yaitu dengan jalur Melayu dan sekitar India ke teluk Arab atau sekitar Jazirah ke laut merah atau Yaman yang berakhir di Syam atau Mesir.
Oleh karena itu, perdagangan merupakan andalan bagi kehidupan perekonomian bagi mayoritas negara-negara di daerah-daerah ini.
Ditambah lagi dengan kenyataan luasnya daerah di tengah Jazirah Arab, bengisnya alam, sulitnya transportasi, dan merajalelanya badui yang merupakan faktor-faktor penghalang bagi terbentuknya sebuah negara kesatuan dan menggagalkan tatanan politik yang benar. Mereka tidak mungkin menetap. Mereka hanya bisa loyal ke kabilahnya.


4)             Kondisi Politik
Secara global-teritorial, Arab merupakan negeri yang terletak di semenanjung Arab yang dikelilingi tiga lautan, yaitu Laut Merah di Barat, Samudera Hindia di Selatan, dan Teluk Persia di sebelah Timur. Letak geopolitik ini berdampak signifikan pada kondisi sosial bangsa Arab.
Negeri Yaman misalnya, diperintah oleh bermacam-macam suku dan pemerintahan yang terbesar adalah masa pemerintahan Tababi’ah dari kabilah Himyar. Di bagian Timur Jazirah Arab, dari kawasan Hirah hingga Iraq, yang ada hanya daerah-daerah kecil yang tunduk kepada kekuasaan Persia hingga datangnya Islam. Raja-raja Munadzirah sama sekali tidak berdiri sendiri dan tidak merdeka, tetapi tunduk secara politis di bawah kekuasaan raja-raja Persia. Bagian Utara Jazirah Arab sama dengan bagian Timur, karena di daerah itu juga tidak ada pemerintahan bangsa Arab yang murni dan merdeka.







DAFTAR PUSTAKA

Hasjmy, A. Sejarah Kebudayaan Islam. Jakarta: Bulan Bintang, 1995.
Hollan, Julian. “Timur Tengah,” Ensikopedia Sejarah dan Budaya Sejarah Dunia, ed. Nino Oktorino. Jakarta: Lentera Abadi, 2009.
Yatim, Badri Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2000.
Yatim, Badri “Sejarah Arab sebelum Islam”, Jakarta : PT Grafindo Persada, 2008




[1]      Mufrodi, Islam di Kawasan, 5.
[2]      Taufiqqurahman, Sejarah Sosial Politik Masyarakat Islam Daras Sejarah Peradaban Islam (Surabaya: Pustaka Islamika, 2003), 4-5.
[3]      Menurut Noeldeke, dinamakan Jazirah Arab karena wilayah tersebut merupakan wilayah yang sebagian besar terdiri dari padang pasir. Sedang menurut Muhammad Hasyim Athiyah dinamakan Jazirah karena penduduknya suka mengembara dan nomaden. Nomaden dilakukan karena kebutuhan untuk mencari makan bagi ternaknya seperti kuda, unta, dan kambing ke Oase jika di daerah asal terjadi kemarau panjang. Lihat Taufiqqurahman, Sejarah Sosial Politik Masyarakat Islam Daras Sejarah Peradaban Islam (Surabaya: Pustaka Islamika, 2003), 1.
[4]      http://blog.vbaitullah.or.id/2006/07/09/753-keadaan-keagamaan-bangsa-arab-sebelum-terbitnya-islam-12/
[5]      Dr. Ali Mufrodi, Islam di kawasan Kebudayaan Arab, Jakrta : Logos 1997. Hal 8
[6]      Dr. Ali Mufrodi, Islam di kawasan Kebudayaan Arab, Jakrta : Logos 1997. Hal 8
[7]      Jaih Mubarok, Sejarah Peradaban Islam, Bandung : Pustaka Bani Quraisy, 2004. Hal 14
[8]      Sesungguhnya Rumah yang mula-mula dibangun untuk tempat beribadah ummat manusia adalah Baitullah yang di Bakkah (Mekkah) yang diberkahi dan petunjuk bagi semua manusia. (Surat Ali Imran: 96-97)
[9]      Dan apakah mereka tidak memperhatikan bahwa sesungguhnya Kami telah menjadikan (negeri mereka) tanah suci yang aman, sedang manusia sekitarnya rampok-merampok. Maka mengapa (sesudah nyata kebenaran) mereka masih percaya kepada yang bathil dan ingkar kepada nikmat Allah?” (QS. Al-Ankabut: 67)

No comments:

Post a Comment