BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Mengenai sejarah
dan kebudayaan Islam menurut para ahli-ahli sejarah barat maupun timur diawali
dengan uraian tentang sejarah bangsa arab pra-Islam. Hal ini memang terasa
sangat relevan, mengingat negeri dan bangsa arab adalah yang pertama kali
mengenal dan menerima Islam. Hal tersebut merupakan suatu fakta bahwa agama
Islam di turunkan di Jazirah Arab, karena itu sudah barang tentu bangsa arablah
yang pertama kali mendengar, menghayati dan mengenal Islam.
Oleh sebab itu
terasa penting untuk mengetahui keadaan masyarakat arab pra-Islam bagi
penelaahan sejarah kebudayaan Islam dalam hal ini adalah sejarah kelahiran
Islam dan kondisi masyarakat arab pra-Islam, yang lazim disebut “zaman
jahiliyyah”.
Sejarah
perkembangan masyarakat bangsa arab dalam kenyataannya tidak dapat dilepaskan
dari sejarah perkembangan Islam. Bangsa arab adalah suatu bangsa yang diasuh
dan dibesarkan oleh Islam dan sebaliknya islam didukung dan dikembangluaskan
oleh bangsa arab.
Konteks
kenyataan inilah yang menarik untuk mengetahui keadaan bangsa arab pra-Islam
itu yang berkaitan dengan aspek-aspek perjalanan sejarah mereka, seperti
keadaan geografis jazirah arab itu, asal-usul, cara hidup penduduk, jenis-jenis
bangsa arab, agama dan kepercayaan, adat-istiadat, dan sesebagainya.
B.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana
tentang asal usul bangsa arab pra-islam ?
2. Bagaimana
kondisi bangsa arab pra-islam ?
C.
Tujuan Penulisan
1. Mengetahui
asal usul bangsa arab pra-islam.
2. Mengetahui
kondisi bangsa arab pra-islam.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Asal Usul Bangsa Arab Pra Islam
Bangsa Arab adalah ras Semit yang tinggal di sekitar jazirah Arabia. Bangsa arab purbakala adalah masyarakat terpencil sehingga sulit dilacak riwayatnya. Sedangkan bangsa arab termasuk dalam keturunan ras
bangsa Caucasoid.’ [1]
Bangsa arab terbagi atas dua kelombok besar, yaitu:
1)
Arab Baidah
Arab Baidah ialah bangsa Arab
yang sudah tidak ada lagi, di antaranya telah tercatat dalam kita agama samawi dan syair-syair arab seperti kaum Tsamud, Ad, Jadis, dan Thasm.
Rata-rata
kehidupan peradaban mereka maju dalam bidang pertanian, peternakan, dan
kerajinan. Hal tersebut karena letaknya yang strategis diantar jalur perniagaan
internasional saat itu, maka banyak penduduknya menjadi saudagar ulung. ‘ [2]
2)
Arab Baqiah
Keturunan Baqiah masih ada sampai sekarang, mereka terbagi
dalam dua kelompok diantarnya adalah Arab Aribah yaitu kelompok yang bernenek moyang bangsa Qathan di Yaman.
Kedua Arab Musta'ribah yang Kebanyakan dari penduduk
Arabia yang mendiami bagian tengah Jazirah Arabia dari Hijaz sampai ke Syam.
Kelompok arab Musta'arabah inilah yang mendiami Mekkah tinggal bersama Nabi Ibrahim hingga terjadi percampuran (Perkawinan) yang kemudian melahirkan
suku arab termasuk suku Quraisy, yang tumbuh dari induk suku Adnan.
Bangsa Arab menyebut tanah air mereka dengan Jazirah Arab, [3] sedangkan batas-batas semenanjung atau jazirah Arab
adalah sebagai berikut:
·
sebelah selatan: lautan Hindia
·
sebelah timur : teluk Arab (dahulu teluk
Persia)
·
sebelah utara : gurun Iraq dan gurun Syam
(sekarang Syiria)
·
sebelah barat : Laut Merah
Panjangnya
1000 km dan lebarnya ±1000 km. Jazirah Arab hampir 5/6 daerahnya terdiri dari
padang pasir, maka sungai sangat jarang terdapat di jazirah arab dan hanya ada
perigi atau oase di tengah-tengah padang pasir.
Jazirah Arab
terbagi atas 2 bagian yakni, bagian tepi dan bagian tengah. Bagian tengah
terdiri dari pegunungan yang curah hujannya sangat sedikit, penduduknya pun
secara otomatis sedikit, yaitu kaum pengembara.
Bagian tengah
terbagi menjadi 2 bagian, yaitu:
·
Bagian utara, disebut “Najed”
·
Bagian Selatan disebut “Al Ahqaf”
Sedangkan di
bagian tepi, serupa dengan sebuah pita kecil yang melingkari jazirah arab,
hanya di pertemuan antara laut merah dengan lautan hindia pita itu agak lebar.
Pada jazirah Arab ini boleh dikatakan hujan turun cukup teratur, oleh karena
itu penduduknya tiada yag mengembara melainkan menetap di tempatnya.
Jazirah arab
terbagi kepada lima daerah, yaitu:
1.
Hijaz, kotanya adalah Makkah, Madinah dan Thaif
2.
Yaman, terletak di bagian selatan; diantaranya adalah
San’a yang merupakan ibukota Yaman zaman dahulu
3.
Najed, terletak di bagian tengah jazirah Arab
4.
Tihamah, terletak antara Hijaz dan Yaman
5.
Yamamah, terletak antara Yaman dan Najed
Jenis-jenis
bangsa Arab dipandang dari segi cara hidupnya dibedakan menjadi dua macam,
yaitu penduduk gurun “Badui” dan penduduk negeri “Ahlul Hadlar”.
Penduduk Badui (baidah), yaitu orang-orang arab yang telah lenyap jejaknya, dan
tidak diketahui lagi keberadaannyakecuali karena tersebut di dalam kitab suci,
seperti kaum ‘Ad dan Tsmaud.
Cara hidup
mereka adalah suka berpundah-pindah, mengembara untuk mencari tanah yang dapat
ditanami, mata air dan padang rumput untuk menggembala binatang ternak.
Sejarah bangsa Arab penduduk gurun pasir hampir tidak dikenal orang. Yang
dapat kita ketahui dari sejarah mereka hanyalah yang dimulai dari kira-kira
lima puluh tahun sebelum Islam.
Sedangkan penduduk negeri adalah penduduk yang cara
hidupnya menetap, tidak berpindah-pindah dan tidak mengembara. Mereka mendiami
Jazirah Arab bagian tepi seperti Hijaz, Hirah, Yaman, dll. Penduduk
negeri memiliki mata pencaharian berdagang dan bercocok tanam. Kehidupan
penduduk negeri lebih teratur bila dibandingkan dengan kehidupan orang gurun.
Dan mereka juga sudah mampu membangun dan mengembangkan kebudayaan, juga mereka
telah mampu mendirikan kerajaan.
a)
Masyarakat Arab Jahiliyyah
Masyarakat Arab,
sebelum kelahiran dan kerasulan Nabi Muhammad SAW, dikenal dengan sebutan
jahiliyah. Jika merujuk pada arti kata jahiliyah (yang berasal dari bahasa Arab
dari kata jahala yang berarti bodoh), maka secara harfiyah bisa
disimpulkan bahwa masyarakat jahiliyah adalah masyarakat yang bodoh. Jahiliyyah
biasanya dikaitkan dengan masa sebelum Rasulullah S.A.W lahir. Sesungguhnya
kata Jahiliyyah sendiri adalah mashdar shina’iy yang berarti penyandaran
sesuatu kepada kebodohan.
Kebodohan
menurut Manna’ Khalil al-Qathtan ada tiga 3 makna, yaitu:
·
Tidak adanya ilmu pengetahuan (makna asal).
·
Meyakini sesuatu secara salah.
·
Mengerjakan sesuatu dengan menyalahi aturan atau tidak
mengerjakan yang seharusnya dia kerjakan.
Yang dimaksud masyarakat jahiliyah sebelum datangnya
Islam adalah keseluruhan masyarakat (tidak hanya Arab), yang menjauhi
nilai-nilai fitrah, yang sudah dibawa oleh para Rasul pembawa risalah tauhid. Sebutan
jahiliyah ini perlu mendapat penjelasan lebih lanjut, sebab dari situlah akan
terbangun pola kontruksi terhadap masyarakat Arab masa itu, yang di dalamnya
adalah juga nenek moyang Nabi Muhammad SAW dan sekaligus cikal bakal masyarakat
Islam.
Jika masyarakat jahiliyah kita artikan sebagai masyarakat
bodoh dalam pengertian primitif yang tak mengenal pengetahuan atau budaya;
tentu sulit dipertanggungjawabkan, karena berdasarkan data sejarah, masyarakat arab
waktu itu juga telah memiliki nilai-nilai peradaban sesederhana pun peradaban
itu.
Seorang pujangga Arab Syiria, Jarji Zaidan,
membagi masa jahiliyah kepada dua masa yakni:
1. Arab
Jahiliyyah pertama (Al Arabul Jahilliyatul Ula) yaitu zaman sebelum
sejarah sampai abad lima masehi.
2. Arab Jahiliyah
kedua (Al Arabul Jahiliyatus Tsaniyah) yaitu dari abad kelima masehi
sampai lahir Islam.
Kalau kita perhatikan kembali, orang-orang Arab dalam
kedua zaman tersebut tidak semuanya bodoh. Seorang ahli sejarah Islam terkenal
Ahmad Amin mendefinisikan kata-kata “Arab Jahiliyah” yaitu orang-orang Arab
sebelum Islam yang membangkang kepada kebenaran, mereka terus melawan
kebenaran, sekalipun mereka telah mengetahui bahwa itu benar.
Para wanita dan laki-laki bebas bergaul, malah untuk
berhubungan lebih dalam pun tidak ada batasan. Dan yang lebih mengerikan lagi
adalah, seorang wanita bisa bercampur dengan lima atau bahkan lebih laki-laki
sekaligus. Pada masa itu perzinaan dianggap suatu hal yang biasa, tidak
dianggap aib yang mengotori keturunan.
Banyak
hubungan antara wanita dan laki-laki ayng diluar wajar, seperti:
1. Pernikahan
secara spontan, seorang laki-laki mengajukan lamaran kepada laki-laki lain yang
menjadi wali wanita itu, lalu dia dapat menikahi wanita itu seketika itu pula
setelah menyerahkan mas kawin.
2. Para laki-laki
bisa mendatangi wanita wanita sesuka hatinya, yang disebut wanita pelacur.
3. Pernikahan
istibdha’, seorang laki-laki menyuruh istrinya bercampur kepada laki-laki lain.
4. Laki-laki dan
wanita bisa saling berhimpun dalam berbagai medan pertempuran. Untuk pihak yang
menang, bisa menawan wanita dari pihak yang kalah dan menghalalkannya menurut
kemauannya.
b)
Keberagamaan masyarakat Arab pra-Islam
Kondisi
masyarakat Arab pra-Islam secara garis besar, kondisi masyarakat Arab pra-Islam
bisa dikatakan lemah dan buta, dalam artian kebodohan mewarnai segala aspek
kehidupan, khurafat tidak bisa dilepaskan, manusia hidup layaknya binatang.
Menurut para ahli ilmu bangsa, bangsa Arab termasuk golongan bangsa sumit yakni
dari keturunan “Sam bin Nuh”.
Bangsa Arab
adalah salah satu dari bangsa-bangsa Samiah (atau keturunan Sam Ibnu Nuh as).
Awalnya bangsa Samiah bertanah air di Mesopotamia, yaitu negeri yang teletak
antar sungai Dajlah (Tigris) dan Furat (Euphrates). Setelah
negeri ini sempit mereka pindah ke Jaziratu’l Arab.
Kepercayaan
bangsa Arab sebelum datangnya Islam, mayoritas mengikuti dakwah Isma’il
‘Alaihis Salam, yaitu menyeru kepada agama bapaknya Ibrahim AS yang intinya
menyeru menyembah Allah, meng-Esakan-Nya dan memeluk agama-Nya. Waktu terus
bergulir sekian lama, hingga banyak diantara mereka yang melalaikan agama.
Sekalipun
begitu masih ada sisa-sisa tauhid dan beberapa syiar dari agama Ibrahim, hingga
munculnya Amr bin Luhay (pemimpin Bani Khuza’ah).
Agama-agama yang ada pada saat itu
antara lain :
1.
Yahudi
Agama ini dianut orang-orang Yahudi yang berimigrasi ke Jazirah Arab. Daerah
Madinah, Khaibar, Fadk, Wadi Al Qura dan Taima’ menjadi pusat penyebaran
pemeluknya. Yaman juga dimasuki ajaran ini, bahkan Raja Dzu Nuwas
Al Himyari juga memeluknya.
2.
Nashara (Kristen).
Agama ini masuk ke kabilah-kabilah
Ghasasinah dan Al Munadzirah. Ada beberapa gereja besar yang
terkenal. Misalnya, gereja Hindun Al Aqdam, Al Laj dan Haaroh
Maryam. Demikian juga masuk di selatan Jazirah Arabdan berdiri gereja di
Dzufaar. Lainnya, ada yang di ‘And dan Najran.
3.
Majusiyah
Sebagian sekte Majusi masuk ke
Jazirah Arab di Bani Tamim. Di antaranya, Zaraarah dan Haajib bin Zaraarah.
Demikian juga Al Aqra’ bin Haabis dan Abu Sud (kakek Waki’ bin Hisan) termasuk
yang menganut ajaran Majusi ini. Majusiyah juga masuk ke daerah
Hajar di Bahrain.
4.
Syirik (Paganisme)
Kepercayaan dengan menyembah patung
berhala, bintang-bintang dan matahari yang oleh mereka dijadikan
sebagai sesembahan selain Allah. Penyembahan bintang-bintang juga
muncul di Jazirah Arab, khususnya di Haraan, Bahrain dan di Makkah,
mayoritas Bani Lakhm, Khuza’ah dan Quraisy. Sedangkan penyembahan
matahari ada di negeri Yarnan.’ [4]
5.
Al Hunafa’
Meskipun pada waktu hegemoni
paganisme di masyarakat Arab sedemikian kuat, tetapi masih ada beberapa orang
yang dikenal sebagai Al Hanafiyun atau Al Hunafa’. Mereka tetap berada dalam
agama yang hanif, menyembah Allah dan tidak menyekutukan-Nya serta menunggu
datangnya kenabian.
Di antara beberapa agama/kepercayaan
tersebut yang paling terkenal adalah penyembahan terhadap berhala yang
jumlahnya mencapai lebih dari 360 buah, sehingga menyesaki lingkungan Ka’bah.’ [5] Dan setiap qabilah di Arab memiliki berhala sebagai sesembahan mereka
sendiri-sendiri. Di antara berhala yang paling populer di kalangan mereka ialah
:
1)
Wadd
Adalah nama patung milik kaum nabi
Nuh yang berasal dari nama seorang shalih dari mereka. Ditemukan kembali oleh
Amru bin Luhai di Jeddah dan diberikan kepada Auf bin ‘Adzrah dan ditempatkan
di Wadi Al Quraa di Dumatul Jandal dan disembah oleh bani kalb bin Murrah.
Patung ini ada sampai datangnya Islam kemudian dihancurkan Khalid bin Walid
dengan perintah Rasulullah.
2)
Suwaa’
Adalah salah satu patung kaum nabi
Nuh yang ditemukan kembali dan diberikan kepada Mudhor bin Nizaar dan
diserahkan kepada bani Hudzail serta ditempatkan di Rohaath sekitar 3 mil dari
Makkah.’ [6]
3)
Yaghuts
Adalah salah satu patung kaum nabi
Nuh yang ditemukan kembali dan diberikan kepada Na’im bin Umar Al Muradi dari
Majhaj dan ditempatkan di Akmah atau Jarsy di Yaman, disembah oleh bani Majhaj
dan bani An’am dari kabilah Thaiyi’.
4)
Ya’uq
Adalah salah satu patung kaum nabi
Nuh yang ditemukan kembali dan diberikan kepada kabilah Hamadan dan ditempatkan
di Khaiwaan, disembah oleh orang-orang Hamadan.
5)
Nasr
Adalah salah satu patung kaum nabi
Nuh yang ditemukan kembali dan diberikan kepada kabilah Himyar dan ditempatkan
di Saba’ disembah oleh bani Dzi Al Kilaa’ dari kabilah Himyar dan sekitarnya.
6)
Manaah
Adalah salah satu patung berhala
yang ditempatkan di pantai laut dari arah Al Musyallal di Qadid antara Makkah
dan Madinah. Patung ini sangat diagungkan oleh suku AlAus dan Al Khazraj.
Rasulullah mengutus Ali bin Abi Thalib untuk menghancurkannya pada penaklukan
kota Makkah.
7)
Laata
Laata adalah kuburan orang shalih
yang ada di Thaif yang dibangun dengan batu persegi empat. Bangsa Arab
seluruhnya sangat mengagungkannya dan sekarang tempatnya adalah di menara
masjid Thaif. Ada yang mengatakan bahwa Laata adalah nama seorang yang membuat
masakan Sawiiq untuk jamaah haji, lalu ia meninggal kemudian kuburannya di
sembah. Ketika bani Tsaqif masuk Islam maka Rasulullah mengutus Al Mughiroh bin
Syu’bah untuk menghancurkannya dan kuburan ini dibakar habis.
8)
Al ‘Uzza
Al ‘Uzza adalah satu pohon yang
disembah. la lebih baru dari Al Laata, ditempatkan di Wadi Nakhlah di atas
Dzatu ‘Irqin. Mereka dulu mendengar suara keluar dari Al Uzza. Berhala ini
sangat diagungkan Quraisy dan Kinanah. Ketika Rasulullah Saw menaklukan Makkah,
beliau mengutus Khalid bin Al Walid untuk menghancurkannya. Ternyata ada tiga
pohon dan ketika dirobohkan yang ketiga, tiba-tiba muncul wanita hitam berambut
kusut dalam keadaan rneletakkan kedua tangannya di bahunya menampakkan
taringnya. Di belakangnya, ada juru kuncinya. Kemudian Khalid penggal lehernya
dan pecah, ternyata ia adalah seekor merpati, lalu Khalid bin Al Walid membunuh
juru kuncinya.
9)
Hubal
Merupakan patung yang paling besar
di Ka’bah. Diletakkan di tengah Ka’bah. patung ini terbuat dari batu ‘aqiq
merah dalam rupa manusia. Dibawa ‘Amru bin Luhai dari Syam.
Isaaf dan Naailah (Dua patung
berhala yang ada di dekat sumur Zamzam. Dua patung ini berasal dari sepasang
orang Jurhum yang masuk ke Ka’bah dan berbuat fujur, lalu dikutuk menjadi dua
batu, seiring perjalanan waktu, keduanya disembah.
10)
Dzul Khalashah
Ini adalah berhala milik kabilah Khats’am, Bajilah dan Daus yang berada di
Tubaalah, daerah antara Makkah dan Yaman. Begitulah gambaran keadaan agama di
Jazirah Arabiyah sebelum datangnya Islam. Mereka masih mengimani rububiyah
Allah dan menganggap Allah sebagai sesembahannya juga dan sebagai Dzat
Pencipta. Sumber kepercayaan tersebut adalah risalah samawiyah yang yang
dikembangkan dan disebarkan di jazirah Arab terutama risalah nabi Ibrahim dan
Ismail.’[7]
Berikut
beberapa contoh tradisi penyembahan berhala yang mereka lakukan., seperti:
·
Mereka mengelilingi berhala dan mendatanginya,
komat-kamit dihadapannya, meminta pertolongan tatkala kesulitan, dll.
·
Menunaikan Haji dan Thawaf di sekeliling berhala.
·
Mengorbankan hewan sembelihan demi berhala dan menyebut
namanya.
·
Orang Arab juga percaya dengan pngundian nasib dengan
anak panah di depan Hubal, mereka juga percaya pada peramal, orang pintar dan
ahli Nujum.
Sejarah
Arab erat kaitannya dengan Ka’bah.’[8]
Sejarah Ka’bah di Makkah dimulai dengan kedatangan Ibrahim beserta istri dan
anaknya Ismail yang masih bayi. Ismail yang memiliki Mu’jizat
dan kemuliaan telah mendapat penghormatan besar, dan segenap orang dipenjuru
Jazirah Arab berdatangan.
Oleh
karena itu Ibrahim bersama putranya Ismai membangun Ka’bah. Pembangunan
ini dilakukan agar Ka’bah bisa dijadikan tempat mngerjakan Syi’ar Agama
Ibrahim. Maka setelah itu diserulah umat manusia oleh Ibrahim untuk mengerjakan
haji. Semenjak itu berdatanganlah manusia dari segenap penjuru dari berbagai
macam negeri ke Makkah untuk mengerjakan ibadah Haji.
Menurut Mukhtar Yahya sejarah kedatangan Khuza’ah ke Makkah
secara besar-besaran adalah ketika orang-orang arab Yaman yang berasal dari
kota Ma’arib hendak merantau di wilayah lain. Di tengah perjalanan sampailah
mereka di pinggiran kota Makkah. Orang Khuza’ah mengadakan negoisasi kepada
penguasa Jurhum untuk tinggal beberapa hari di wilayah Makkah guna istirahat
sebelum melanjutkan perjalanan.
Peradaban timur tengah dipengaruhi oleh bangsa yunani dan
romawi. Pendapat ini diperkuat oleh Ahmad Amin yang dikutip oleh Badri Yatim,
dia memaparkan bahwa apa yang berkembang menjelang kebangkitan Islam merupakan
pengaruh dari budaya-budaya bangsa disekitarnya yang jauh lebih maju dari pada
kebudayaan dan peradaban Arab.
B.
Kondisi Bangsa Arab Pra-Islam
Kondisi Arab Pra-Islam dilihat dalam
beberapa aspek diantaranya: Sosial
Budaya, Agama, Ekonomi, dan Politik.
1)
Aspek
Sosial-Budaya Arab Pra-Islam
Dalam hidup
bermasyarakat, bangsa Arab sangat dilungkupi kehidupan
keduniawian. Mereka sangat menggemari hal-hal berikut ini:
a)
Syair; dengan syair, orang bisa dipuji/mulia dan dihina. Dari syair ini akan tergambar kehidupan sosial bangsa Arab.
b)
Minum khamar, kendati di antara mereka ada
pula yang mengharamkan hal ini.
c)
Ada pula adat (tradisi) pada saat itu kebiasaan “mengawini isteri bapa”
yang telah meninggal dunia.
d)
Menganggap hina kaum perempuan.
e)
Menguburkan anak perempuan, namun hal ini menurut Sallabi, ini hanya dilakukan
oleh Bani Asad dan Tamim;
f)
Sementara mereka yang pandai membaca saat itu hanyalah
sebanyak 17 orang.
g)
Perbudakan suatu hal yang biasa terjadi
pada masa Arab pra-Islam. Mereka ini memelihara dan mempertahankan perbudakan.
Sebagian besar daerah Arab adalah daerah
gersang dan tandus, kecuali daerah Yaman yang terkenal subur. Wajar saja bila
dunia tidak tertarik, negara yang akan bersahabat pun tidak merasa akan
mendapat keuntungan dan pihak penjajah juga tidak punya kepentingan. Sebagai
imbasnya, mereka yang hidup di daerah itu menjalani hidup dengan cara pindah
dari suatu tempat ke tempat lain.
Yang mereka kenal hanyalah hidup mengembara
selalu, berpindah-pindah mencari padang rumput dan menuruti keinginan hatinya.
2)
Agama Arab Pra-Islam
Paganisme,
Yahudi, dan Kristen adalah agama orang Arab pra-Islam. Pagan adalah agama mayoritas
mereka. Ratusan berhala dengan bermacam-macam bentuk ada di sekitar Ka’bah.
Mereka bahwa berhala-berhala itu dapat mendekatkan mereka pada Tuhan
sebagaimana yang tertera dalam al-Quran. Agama pagan sudah ada sejak masa
sebelum Ibrahim. Setidaknya ada empat sebutan bagi berhala-hala itu: ṣanam, wathan, nuṣub, dan ḥubal.
Yahudi dianut
oleh para imigran yang bermukim di Yathrib dan Yaman. Tidak banyak data sejarah
tentang pemeluk dan kejadian penting agama ini di Jazirah Arab, kecuali di
Yaman. Dzū Nuwās adalah seorang penguasa Yaman yang condong ke Yahudi.
Dia tidak menyukai penyembahan berhala yang telah menimpa bangsanya.
Adapun Kristen
di Jazirah Arab dan sekitarnya sebelum kedatangan Islam tidak ternodai oleh
tragedi yang mengerikan semacam itu. Yang ada adalah pertikaian di antara
sekte-sekte Kristen yang meruncing. Menurut Muḥammad ‘Ᾱbid al-Jābirī, al-Quran menggunakan istilah “Naṣārā” bukan “al-Masīḥīyah” dan “al-Masīḥī” bagi pemeluk agama Kristen. Bagi pendeta
Kristen resmi (Katolik, Ortodoks, dan Evangelis) istilah “Naṣārā” adalah sekte sesat, tetapi bagi ulama
Islam mereka adalah “Ḥawārīyūn”.
3)
Ekonomi Arab Pra-Islam
Sebagaimana
telah disinggung di atas bahwa sebagian besar daerah Arab adalah daerah gersang
dan tandus, kecuali daerah Yaman yang terkenal subur dan bahwa ia terletak di
daerah strategis sebagai lalu lintas perdagangan.’[9] Ia terletak di tengah-tengah dunia dan
jalur-jalur perdagangan dunia, terutama jalur-jalur yang menghubungkan Timur
Jauh dan India dengan Timur Tengah melalui jalur darat yaitu dengan jalur
melalui Asia Tengah ke Iran, Irak lalu ke laut tengah, sedangkan melalui jalur
laut yaitu dengan jalur Melayu dan sekitar India ke teluk Arab atau sekitar
Jazirah ke laut merah atau Yaman yang berakhir di Syam atau Mesir.
Oleh karena
itu, perdagangan merupakan andalan bagi kehidupan perekonomian bagi mayoritas
negara-negara di daerah-daerah ini.
Ditambah lagi
dengan kenyataan luasnya daerah di tengah Jazirah Arab, bengisnya alam,
sulitnya transportasi, dan merajalelanya badui yang merupakan faktor-faktor
penghalang bagi terbentuknya sebuah negara kesatuan dan menggagalkan tatanan
politik yang benar. Mereka tidak mungkin menetap. Mereka hanya bisa loyal ke
kabilahnya.
4)
Kondisi Politik
Secara global-teritorial, Arab merupakan negeri yang terletak di
semenanjung Arab yang dikelilingi tiga lautan, yaitu Laut Merah di Barat,
Samudera Hindia di Selatan, dan Teluk Persia di sebelah Timur. Letak geopolitik
ini berdampak signifikan pada kondisi sosial bangsa Arab.
Negeri Yaman misalnya, diperintah oleh bermacam-macam suku dan
pemerintahan yang terbesar adalah masa pemerintahan Tababi’ah dari kabilah
Himyar. Di bagian Timur Jazirah
Arab, dari kawasan Hirah hingga Iraq, yang ada hanya daerah-daerah kecil yang
tunduk kepada kekuasaan Persia hingga datangnya Islam. Raja-raja Munadzirah
sama sekali tidak berdiri sendiri dan tidak merdeka, tetapi tunduk secara
politis di bawah kekuasaan raja-raja Persia. Bagian Utara Jazirah Arab sama
dengan bagian Timur, karena di daerah itu juga tidak ada pemerintahan bangsa
Arab yang murni dan merdeka.
DAFTAR PUSTAKA
Hasjmy, A. Sejarah Kebudayaan Islam. Jakarta: Bulan
Bintang, 1995.
Hollan,
Julian. “Timur Tengah,” Ensikopedia Sejarah dan Budaya Sejarah Dunia, ed.
Nino Oktorino. Jakarta: Lentera Abadi, 2009.
Yatim, Badri Sejarah Peradaban Islam. Jakarta:
RajaGrafindo Persada, 2000.
Yatim, Badri “Sejarah Arab sebelum Islam”, Jakarta : PT
Grafindo Persada, 2008
[2] Taufiqqurahman, Sejarah
Sosial Politik Masyarakat Islam Daras Sejarah Peradaban Islam (Surabaya: Pustaka Islamika, 2003),
4-5.
[3] Menurut Noeldeke, dinamakan
Jazirah Arab karena wilayah tersebut merupakan wilayah yang sebagian besar
terdiri dari padang pasir. Sedang menurut Muhammad Hasyim Athiyah dinamakan
Jazirah karena penduduknya suka mengembara dan nomaden. Nomaden dilakukan
karena kebutuhan untuk mencari makan bagi ternaknya seperti kuda, unta, dan
kambing ke Oase jika di daerah asal terjadi kemarau panjang. Lihat Taufiqqurahman, Sejarah Sosial Politik Masyarakat
Islam Daras Sejarah Peradaban Islam (Surabaya:
Pustaka Islamika, 2003), 1.
[4] http://blog.vbaitullah.or.id/2006/07/09/753-keadaan-keagamaan-bangsa-arab-sebelum-terbitnya-islam-12/
[8] Sesungguhnya Rumah yang mula-mula dibangun untuk
tempat beribadah ummat manusia adalah Baitullah yang di Bakkah (Mekkah) yang
diberkahi dan petunjuk bagi semua manusia. (Surat Ali Imran: 96-97)
[9] Dan apakah mereka tidak
memperhatikan bahwa sesungguhnya Kami telah menjadikan (negeri mereka) tanah
suci yang aman, sedang manusia sekitarnya rampok-merampok. Maka mengapa
(sesudah nyata kebenaran) mereka masih percaya kepada yang bathil dan ingkar
kepada nikmat Allah?” (QS.
Al-Ankabut: 67)
No comments:
Post a Comment